Tokoh Utama

Tokoh utama. Itu adalah kita sendiri di kehidupan kita. Siapa pun itu, walau orang2 terdekat sekalipun, seperti orang tua, saudara2 kandung, saudara2 lain, sahabat2, teman2, atau orang2 yg sekedar “numpang lewat” di hari2 kita, tetap aja kita yg menjadi tokoh utama kehidupan kita.

Lantas, setelah menjadi tokoh utama, apakah kita harus menjadikan semua atau sebagian orang2 itu seperti apa yang ada di pikiran kita? Tentu tidak. Karena kita cuma tokoh utama. Bukan sutradara ataupun produser.

Belajar.. Belajar.. dan terus belajar untuk menjadi tokoh utama yang bisa beradaptasi buat kehidupan fana kita sbg modal utk kehidupan abadi kita kelak..

Dalam hidup, terkadang kita dihadapkan pada situasi pertemuan dengan tokoh lain, yang membuat dada ini sesak, bahkan tak jarang kita mengatakan diri kita ini sampah karena mungkin kita dihantui oleh perasaan bersalah atau apalah namanya.

Ketahuilah wahai teman, seburuk apa pun diri kita ini di mata diri sendiri atau orang lain, kita adalah tokoh utama dalam kehidupan kita, walau kita tidak memiliki andil untuk menggerakan takdir kita, setidaknya kita boleh memilih dalam bersikap dan memiliki pandangan.

Kalau sudah terlanjur berbuat sesuatu yg menjurus ke hal negatif, jangan terlalu takut, jg jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. Yang penting, kita tau kalau kita salah dan menjadikan itu sebagai pembelajaran untuk tidak melakukannya di kehidupan selanjutnya.

Jangan menyalahkan takdir kita, seburuk apa pun itu.

Bahkan kalau pun kita sudah dihadapkan dengan penolakan terhebat dari seorang tokoh lain sekali pun. “Allah Maha Kaya.. Bila satu orang manusia-Nya mengabaikanmu hari ini, yakin saja.. Esok hari akan hadir lebih dari satu orang manusia-Nya menghargai dan turut mengistimewakan keberadaanmu. Think easy and forgive..”

Tidak ada yg salah dengan pertemuan dan perkenalan kita dengan seseorang,, walau melalui “kacamata” kita dia sudah bertindak negatif terhadap kita. Semua itu sudah diatur Allah, dan sudah harus terjadi di episode kehidupan kita. Toh, belum tentu kita benar melalui “kacamata” dia. Kita dan dia memang mempunyai hak untuk mengeluarkan pendapat apa pun terhadap kondisi sesuatu. Apa pun itu, hal yg semua terjadi adalah pembelajaran buat kita dan dia.

Leave a comment