Budidaya Lintah dan Pemanfaatannya

Life style, gaya hidup modern berkaitan erat dengan tingginya kasus-kasus penyakit mematikan. Pola makan yang tidak sehat, kurang berolahraga, serta kebiasaan tidak sehat lainnya seperti kebiasaan merokok dan kurang mengonsumsi sayuran serta buah merupakan faktor pemicu kanker, jantung, diabetes, serta stroke yang merupakan penyakit pembunuh utama saat ini.

Dunia kedokteran sendiri kini mulai mengakui penggunaan terapi alami untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut. Salah satunya adalah terapi lintah, yang di Amerika sudah diakui oleh FDA (seperti badan BPPOM di Indonesia). Sedangkan di Indonesia, terapi ini pun sudah semakin luas penggunaannya.

Terapi lintah ini tak hanya bermanfaat mengatasi penyakit, tapi juga mencegah penyakit jika dilakukan dengan benar. Karena itu, menguasai terapi ini akan bermanfaat tak hanya bagi diri sendiri tapi juga orang lain yang membutuhkan, serta dapat menjadi peluang sumber penghasilan bila dikelola secara profesional.

SEJARAH TERAPI LINTAH

* Penggunaan terapi lintah untuk pertama kalinya tercatat pada mitologi Hindu yaitu kisah Dewa Dhavantari yang memegang lintah di salah satu tangannya. Tercatat juga dalam tulisan-tulisan ahli kesehatan dari India bernama Sushruta.

* Selanjutnya, terapi lintah mulai berkembang selama kurun waktu berikut:

1.1. TERAPI LINTAH PADA MASA EROPA KUNO

* Terapi lintah sudah dideskripsikan secara detil pada masa Yunani Kuno dalam sajak berjudul Alexipharmacia karangan Nicandros Of Colophon.

* Namun, terapi lintah baru mulai diakui peranannya dalam Methodist School yang menggunakan lintah sebagai alat untuk mengatasi Bengkak, Nyeri, Kram, Sakit Kepala, Epilepsi, Gangguan Telinga serta Penyakit Liver dan Arthritis, Asam Urat.

* Terapi lintah semakin dikenal mulaiPertengahan Abad 1 Mdari tulisan seorang ahli kesehatan dari Roma bernama Galen. Ia menggunakan terapi lintah untuk Kelebihan Cairan di dalam tubuh dan tidak lancarnya aliran cairan tubuh yang dianggap sebagai penyebab munculnya penyakit.
Pada masa ini terapi lintah digunakan untuk mengatasi radang dan panas tinggi.

1.2. TERAPI LINTAH PADA ABAD PERTENGAHAN DAN MODERN

* Pada masa ini terapi lintah tidak terlalu populer dibanding Cupping dalam dunia kedokteran Arab pada abad pertengahan. Walaupun demikian Ibnu Sina sudah menggunakan terapi lintah sebagai salah satu metode pengobatan. Pada masa ini terapi lintah banyak digunakan untuk mengatasi penyakit kulit.

* Di Italia, para ahli kesehatan dari Salerno sering menggunakan terapi lintah untuk mengurangi kelebihan cairan tubuh. Mereka pula yang menyebarkan terapi ini ke seluruh wilayah Eropa.

* Pada akhir era Galenism, para ahli kesehatan menggunakan lintah untuk menghilangkan cairan berbahaya di bagian tubuh tertentu. Mereka meyakini cara ini dapat menghilangkan zat-zat dari penyakit sehingga dapat memberi efek penyembuhan secara alami.

* Salah satu tokoh Galenism paling penting adalah Abraham Zacuto yang menambah jumlah penyakit yang bisa diatasi dengan terapi lintah, dan mengembangkan dasar empiris terapi lintah untuk para ahli kesehatan pada masa selanjutnya.

* Pada abad ke-17, muncul teori baru yang menolak konsep dari Galen. Prinsip mereka adalah pengambilan cairan darah dapat memperpendek umur sebab darah adalah sumber energi kehidupan. Pengambilan cairan darah menurut mereka tidak akan mengobati penyakit.

* Teori baru tersebut dibantah oleh para tokoh iatrophysics yang berpendapat terapi lintah justru diperlukan.
Efek pengambilan darah dengan terapi lintah membantu peredaran darah menjadi lebih baik dan berdampak positif bagi pembuluh darah, Jantung serta komposisi darah.

* Pada abad ke-18, muncul teori yang merupakan kombinasi teori Galen dan iatrophysics. Menurut teori ini, darah harus selalu bergerak agar tidak menggumpal. Bila pergerakan darah terganggu, maka yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sebagian darah dengan menggunakan terapi lintah.

* Di awal abad ke 19, terapi lintah mulai mendominasi dunia pengobatan. Salah satu tokoh penting pada masa ini adalah FJV. BROSSAIS yang mengajukan sistem pengobatan fisiologis menurutnya, penyakit berkaitan erat dengan sistem kapiler jaringan dan perubahan patologis didalam sistem kapiler jaringan.

* Menurut Broussais, kelebihan darah dapat menyebabkan radang, gangguan nafas, nyeri, asma dan gangguan mental. Semua gangguan tersebut akan dapat diatasi dengan menggunakan terapi lintah.

1.3. TERAPI LINTAH HINGGA SAAT INI

* Cikal bakal teori yang mendasari terapi lintah pada saat ini berawal dari penemuan oleh J.B. Haycraft bahwa Mulut dan Kerongkongan lintah mengandung substansi yang mencegah darah menggumpal. Zat tersebut bernama Hirudin.

* Terapi lintah baru muncul kembali pada tahun 1920, setelah sempat menghilang sesudah Perang Dunia I.i Pelopornya adalah B. Ascher yang menjadi tokoh penting dalam sejarah terapi lintah pada saat ini.

* Tokoh lainnya adalah seorang ahli bedah bernama Termier Dia mengusulkan penggunaan lintah secara langsung pada tahun 1922 untuk mendapatkan manfaat hirudin. Rumah sakit-rumah sakit di Eropa langsung menerapkannya.

* Gambaran terapi lintah secara detil ada dalam tulisan H. Bottenberg di bukunya. Menurutnya terapi lintah dapat digunakan untuk kondisi-kondisi berikut:

– Segala Jenis Penyakit Radang dan Penyakit Rematik.

– Gangguan Pernafasan dan Otot-Otot yang Kaku.

– Pembersihan dan Regenerasi sel-sel darah dari racun-racun.

* Saat heparin dan phenprocoumon mulai digunakan untuk penanganan emboli dan trombosis, terapi lintah menghilang lagi.

* Pada tahun 1970, terapi lintah mulai digunakan untuk Operasi Plastik Rekonstrutif dan semakin dikenal di Jerman dan wilayah-wilayah di sekitarnya.
Kini terapi lintah juga sudah dikenal luas di negara negara lainnya.
Amerika melalui badan FDA bahkan sudah mengakui terapi lintah sebagai metode pengobatan.

FDA = Food Drugs Administration (seperti BPPOM di Indonesia)

FAKTA PENTING

* Pengobatan tradisional Cina juga mengenal terapi lintah namun tidak terlalu signifikan dibandingkan pengobatan tradisional India.

* Di Eropa, terapi lintah sudah dipandang sebagai metode terapi berdasar ilmiah, sejak awal terapi itu dikenal.

* Para ahli kesehatan militer tentara Roma menggunakan lintah untuk merawat luka-luka akibat perang.

* Pada masa Broussais, lintah digunakan secara besar-besaran. Dalam satu kali terapi, jumlah lintah yang di gunakan bisa mencapai 100ekor lintah!

* Pada abad pertengahan, desain menyerupai lintah bahkan digunakan sebagai hiasan bahan gaun wanita saat itu.

* Hingga tahun 1828, terhitung sekitar 100 juta ekor lintah digunakan setiap tahunnya di Prancis sehingga harganya meningkat tajam.

* Efek anti koagulan hirudin baru tercatat secara klinis hampir 25 tahun sesudah ditemukannya senyawa tersebut.

MENGAPA TERAPI LINTAH?

Setelah membaca sejarah terapi lintah, mungkin muncul pertanyaan dalam benak Anda, apa yang istimewa dari lintah sehingga manfaatnya sedemikian besar?

Lalu, bila cara kerjanya adalah mengisap darah, apa perbedaannya dengan terapi yang lain?

Untuk menjawab pertanyaan itu, ada baiknya jika kita memulainya dengan mengenal lintah lebih dekat.

2.1. ANATOMI LINTAH YANG UNIK

Klasifikasi Lintah:
1. Kingdom: Animalia
2. Filum: Annelida
3. Kelas: Clitellata
4. Sub Kelas: Hirudinae
5. Ordo: Hirudinae
6. Spesies: Hirudo Spp

Jenis lintah yang ada di Indonesia adalah hirudomanilensis/hirudojavanica.

* Tubuh lintah berbentuk pipih.

* Terbagi menjadi 34 segmen di bagian luar dan dalam.

* Tubuhnya berwarna coklat kehijauan dan tidak memiliki kerangka luar.

* Lintah bernafas dengan kulit.

* Memiliki kutikula yang melapisi permukaan tubuhnya sehingga terasa kasar saat diraba permukaannya.

* Memiliki 3 rahang dengan 100 gigi yang digunakan saat menghisap darah.

* Memiliki 2 penghisap dikedua ujung badannya.
Penghisap depan merupakan mulut lintah, sedangkan penghisap belakang untuk proses berkembang biak.

* Tubuh lintah mengeluarkan lendir untuk mempermudah gerakan.

* Memiliki 32 otak dengan sistem saraf mirip sistem saraf manusia.

* Memiliki 5 pasang mata berukuran kecil di ujung depan tubuhnya dan permukaan kepala yang hanya bisa di plihat dibawah mikroskop.

* Memiliki 2 alat kelamin (hermafrodit)

2.2. LIUR LINTAH MENGANDUNG ZAT – ZAT BERKHASIAT

Alasan utama mengapa lintah dapat digunakan sebagai media terapi penyembuhan berbagai penyakit adalah karena liurnya yang mengandung berbagai zat berkhasiat, yaitu sebagai berikut:

* Hirudin : Menghambat penggumpalan darah dengan cara mengikatkan diri dengan zat.

* Calin : Menghambat penggumpalan darah.

* Penisilin : Mencegah terjadinya infeksi.

* Destabilase : Menghancurkan fibrin.

* Bdellins & Eglins : Berperan sebagai zat anti radang.

* Factor Xa Inhibitor : Menghambat penggumpalan darah.

* Carboxypeptidase A Inhibitor : Meningkatkan diarea yang dihisap oleh lintah.

* Factor Xa Inhibitor : Menghambat aliran darah.

* Senyawa anastetik : Mengurangi rasa sakit.

* Asetilkolin : Melebarkan pembuluh darah.

* Hyaluronidase : Membuka jalan agar senyawa- senyawa dalam liur lintah dapat menjangkau jaringan yang lebih dalam dan berperan sebagai antibiotik.

* Tryptase Inhibitor : Mencegah reaksi alergi dan radang.

* Complement Inhibitor : Menggantikan zat penghambat terjadinya radang dan radang kronis pada pasien yang mengalami kekurangan zat tersebut didalam tubuhnya.

* Hirustasin : Memecah ikatan-ikatan peptida protein.

2.3. MEMILIKI KELEBIHAN

Meskipun sama-sama mengambil darah kotor dari dalam tubuh meski dengan media berbeda, terapi lintah memiliki keunggulan yaitu sbb:

* Lintah dapat menghisap darah kotor hingga kejaringan yang lebih dalam.

* Lintah menyuntikan 15 zat kimia alami saat menghisap darah. Ini tidak diperoleh dari terapi yang lain.

* Penggunaan lintah lebih praktis karena hanya digunakan sekali. Dengan terapi lain harus disterilkan kembali peralatan yang digunakan berulang ulang.

2.4. TERBUKTI DAPAT MENGATASI BERBAGAI PENYAKIT

Terapi lintah terbukti dapat mengatasi berbagai penyakit seperti diabetes, gangguan kelenjar getah bening, gangguan tiroid, kanker dan tumor, hipertensi, migren, asam urat, stroke, penyakit jantung koroner, wasir, gangguan reproduksi wanita, dan masih banyak lagi.

INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI TERAPI LINTAH

Selain sebagai terapi pembersih racun, terapi lintah dapat diberikan untuk mengatasi gangguan-gangguan berikut:

3.1.1 NYERI PUNGGUNG BAWAH

* 6 – 8 ekor lintah ditempelkan kebagian sisi kiri dan kanan susunan tulang belakang.

* Pasien berada dalam posisi berbaring telungkup atau duduk dengan posisi badan maju kedepan.

3.1.2. GANGGUAN PENDENGARAN

* Menggunakan 2 ekor lintah.
1 ekor ditempelkan diarea mastoid.
1 ekor lainnya ditempelkan kebagian depan telinga dekat rahang.

* Terapi diberikan sebanyak 2 – 3 x setiap 3 – 4 hari sekali.

3.1.3. ABSES (BISUL/LUKA BERNANAH)

* 3 – 4 ekor lintah ditempelkan kebagian tubuh yang kemerahan dan meradang akibat abses.

* Terapi diberikan setiap beberapa hari sekali hingga abses tertangani.

3.1.4. HEMATOMA

Hematoma adalah kondisi dimana terjadi pendarahan dibawah kulit, terlihat seperti memar yang tidak juga hilang.

* 3-4 ekor lintah ditempelkan dibagian yang mengalami hematoma.

* Umumnya dapat segera teratasi dengan satu kali terapi.

3.1.5. VARISES

* 4-6 ekor lintah ditempelkan dibagian yang mengalami varises.

* Lintah ditempelkan diantara urat- urat yang menyembul ke permukaan.

3.1.6. NYERI SENDI PERGELANGAN KAKI

* 4-5 ekor lintah ditempelkan dibagian yang nyeri.

3.1.7. HERPES ZOSTER

* 6 ekor lintah ditempelkan kebagian perut hingga area mendekati tulang belakan.

* Terapi diberikan sebanyak 4-5 x setiap 3-4 hari sekali.

.1.8. RADANG PADA ORGAN TUBUH BAGIAN DALAM

Terapi lintah dapat dijadikan terapi pendamping untuk mengatasi radang pada organ tubuh bagian dalam.

* 4-6 ekor lintah ditempelkan dibagian organ yang radang.

* Terapi diberikan setiap 3-7 hari sekali tergantung tingkat keparahan.

3.1.9. PENYAKIT JANTUNG KORONER

* 3-4 ekor lintah di titik-titik pada gambar berikut:

* Terapi diberikan 3-7 hari sebanyak 10 kali terapi.

3.1.10. GANGGUAN KATUP JANTUNG BOCOR

* Jumlah lintah 3-6 ekor ditempelkan pada titik-titik berikut :

* Frekuensi 1-2 x seminggu sebanyak 3-6 ekor.

3.1.11. LUKA/ BENGKAK DIABETES

* Lintah ditempelkan pada titik-titik disekitar luka.

* Frekuensi 7-12 x terapi sebanyak 8-12 ekor.

3.1.12. MIGREN

* Jumlah lintah : dileher bagian atas titik otak sebanyak 2-3 ekor diatas kepala 1 ekor.

* Frekuensi 1 x seminggu sebanyak 4 -6 x terapi.

3.1.13. VERTIGO

* Jumlah lintah 2-3 ekor ditempelkan di antara kedua alis bagian dalam dan ujung alis bagian luar.

3.1.14. STROKE

* Jumlah 10 – 12 ekor lintah ditempelkan didaerah kepala, punggung, pinggang, tengkuk, kaki.

* Frekuensi 1 x seminggu sebanyak 2-3 x terapi (ulangi sampai stroke tertangani).

* Frekuensi 1 x seminggu, sebanyak 2-3 ekor lintah.

3.2. KONTRA INDIKASI

Orang-orang dengan kondisi-kondisi berikut tidak disarankan untuk menjalani terapi lintah:

* Menderita Hemofolia (kelainan darah)

* Sedang mengkonsumsi obat pengencer darah secara rutin.

* Mengalami pendarahan organ usus saat akan diterapi.

* Menderita Anemia.

* Menderita pennyakit infeksi akut.

* Menderita penyakit organik & gangguan kekebalan tubuh misal: aids

* Menderita alergi parah.

* Sedang hamil.

3.3. EFEK SAMPING YANG MUNGKIN TERJADI

Beberapa efek samping ini mungkin saja terjadi:

* Menderita gangguan proses penyembuhan luka.
Nyeri yang dirasakan tergantung pada persepsi seseorang.
Namun sebagian besar pasien menyatakan bahwa mereka merasakan nyeri selama 1-5 menit sesudah lintah menggigit.

* Menderita keloid
Biasanya pasien akan merasakan gatal-gatal diarea yang dihisap beberapa hari setelah menjalani terapi lintah. Terapis harus mengingatkan pasien untuk tidak menggaruk area yang gatal tersebut.

* Tekanan darah menurun
Terapis harus mengingatkan pasien yang memiliki kecenderungan tekanan darah rendah untuk minum agak banyak sebelum dan selama terapi dilakukan.

* Kehilangan banyak darah
Untuk mencegah banyaknya darah yang hilang, terapis sebaiknya menggunakan maksimal 12 ekor lintah untuk satu kali terapi.

* Luka sulit sembuh, infeksi dan alergi.
Ketiga efek samping ini diduga berkaitan dengan penanganan yang salah saat terapi. Misalnya darah terlalu cepat diberhentikan, mengambil lintah menggunakan penjepit, melepaskan lintah secara paksa sebelum ia selesai menghisap, dan air tempat wadah lintah yang kurang bersih.

* Racun masuk kepembuluh darah.
Kondisi ini biasanya terjadi pada penggunaan terapi lintah untuk operasi tekonstruktif. Karena itu, untuk pasien yang baru menjalani operasi rekonstruktif sebaiknya mengkonsumsi obat antibiotik sesudah menjalani terapi lintah.

* Penularan penyakit insfeksi.
Ini amat jarang terjadi. Kasus seperti ini dilaporkan pernah terjadi pada pasien yang baru menjalani operasi transplantasi.

* Luka berbekas
Luka yang berbekas biasanya terjadi jika lintah menghisap area yang berkulit tipis dan dilapisan-lapisan tipis jaringan atau area sendi dan jika pasien mengenakan pakaian yang ketat saat menjalani terapi.

LANGKAH -LANGKAH TERAPI

Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus diikuti dalam terapi lintah:

4.1 PERSIAPAN SEBELUM TERAPI

4.1.1. SIAPKAN ALAT DAN PERLENGKAPAN

Alat dan perlengkapan yang dibutuhkan adalah:

* Plester

* Air panas dan air dingin

* Gunting

* Alat cukur sekali pakai

* Sarung tangan karet

* Tabung kaca/ Cupping ukuran kecil.

* Jarum sekali pakai
/lancet.

* Alat tensi darah.

4.1.2. MEMBERI PENJELASAN KEPADA PASIEN

Informasi berikut perlu disampaikan kepada pasien sebelum terapi dimulai:

* Prosedure terapi secara detil dan apa yang akan ia rasakan saat lintah menghisap darah serta berapa lama terapi berlangsung.

* Bahwa mungkin saja muncul rasa nyeri yang sifatnya sementara dan berlangsung selama 5 -10 menit.

* Kontra indikasi terapi lintah.
Terapis harus memastikan bahwa pasien tidak memiliki kontra indikasi tersebut.

* Apa yang akan terjadi sesudah terapi.

4.2. MENYIAPKAN AREA YANG AKAN DIHISAP

* Mencukur dapat dilakukan bila bulu/ rambut diperkirakan akan menyulitkan lintah saat menggigit.

Tips:
* Dapat juga menggunakan kompres hangat, kompres hangat area yang akan diisap.

4.3. MEMULAI TERAPI LINTAH

4.3.1. MEMILIH LINTAH

* Pilih lintah yang berenang dengan lincah.

* Pilih yang menempel cepat ketangan saat diambil.

* Pilih lintah yang langsung membentuk huruf O saat disentuh lalu bagian kepalanya bergerak seperti mencari-cari sesuatu.

* Pilih lintah yang berukuran kecil hingga sedang agar gigitan tidak terlalu sakit dan luka gigitan cepat mengering.

4.3.2. MENEMPELKAN LINTAH

* Ambil lintah dari wadah dengan menggunakan tangan.
Bisa juga menggunakan kompres agar lintah mudah terambil.

Tips: Gunakan sarung tangan agar tidak tergigit. Jika lintah menempel kesarung tangan, angkat mulut lintah perlahan-lahan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Jangan mengangkatnya dengan alat-alat yang tajam.

* Tempelkan lintah ketitik yang dituju, dengan mengarahkan kepala lintah ketitik yang dituju. Jika areanya cukup luas, dapat ditempelkan beberapa ekor sekaligus.

PENTING DIINGAT..!

Lintah tidak boleh ditempelkan dibagian vena yang terlihat dan teraba.

* Lepaskan tangan anda begitu pasien mulai merasakan gigitan dan nyeri serta gerakan lintah menghisap ini bisa terlihat dari leher lintah yang melengkung.

* Tutupi area yang dihisap dengan handuk atau tisue.

PENTING DIINGAT..!

Jika lintah sudah bersentuhan dengan darah pasien tapi tidak juga menghisap, JANGAN PERNAH MENGGUNAKANNYA LAGI UNTUK PASIEN LAIN, DAN JANGAN MENGEMBALIKANNYA KEWADAH..!!!

4.4. SELAMA LINTAH MENGHISAP

* Lintah harus dibiarkan menghisap dengan tenang.

* Tutupi lintah dengan handuk atau tisue agar suasananya nyaman untuk lintah.

* Penutup ini juga menyerap cairan yang keluar dari lintah.

PENTING DIINGAT…!!

* Gunakan sarung tangan untuk mencegah kontak langsung dengan darah pasien!

* Pasien harus berada dalam posisi yang nyaman.

* Lintah akan terlepas dengan sendirinya setelah 20 – 60 menit.
Pada kasus-kasus dimana bagian yang diisap dipenuhi dengan darah kotor, waktu yang dibutuhkan lintah hanyalah 10 menit. Namun, bisa juga menghisap hingga selama 2 jam jika kondisi kurang nyaman untuk lintah.

* Jika lintah terlihat diam tak bergerak, tepuk-tepuk atau goyang-goyangkan lintah dengan lembut agar ia mulai menghisap kembali.

Saat ingin melepaskan lintah, angkat bagian kepala lintah sehingga lintah melepaskan gigitannya. Bisa juga melepaskan mulut lintah secara perlahan dengan menggunakan kuku.

4.5. SESUDAH TERAPI LINTAH

* Tutupi luka bekas gigitan dengan tissue atau kapas. Lalu periksa darah yang keluar setelah 15 – 30 menit.

* Pasang perban dengan baik.

* Ingatkan pasien bahwa:

– Ia harus sedikit mengurangi asupan cairan untuk sementara waktu sesudah terapi untuk mencegah kelenjar limfe membengkak.

– Tekanan darahnya akan sedikit turun sesudah terapi.

– Ia harus menghindari kontak dengan air terlalu sering.

– Ia perlu mengganti perban begitu sesampainya dirumah.
Terutama bila darah yang keluar cukup banyak.

TANYA JAWAB SEPUTAR TERAPI LINTAH

* Kapan sebaiknya terapi lintah dilakukan?

Sebenarnya terapi lintah dapat dilakukan kapan saja. Namun, sebaiknya dilakukan pada pagi atau siang hari mengingat terapi ini bisa berlangsung hingga dua jam.

* Mengapa lintah tidak juga mau mengisap?

Ada beberapa faktor penyebab. Bisa karena kondisi tempat terapi yang lembap ataupun karena area yang diisap mengandung zat-zat kimia seperti minyak wangi, lotion, atau obat gosok. Karena itulah, terapis perlu mengingatkan pasien untuk tidak menggunakan itu semua paling tidak sekitar 2-7 hari sebelum menjalani terapi. Faktor penyebab lainnya adalah bisa jadi karena memang lintah sudah kenyang dan bisa juga karena si pasien atau terapis, ataupun kedua-duanya agak tegang saat akan memulai terapi.

* Apa yang harus dilakukan jika lintah tak juga mau mengisap?
Pertama, pastikan area kulit yang akan diisap tidak mengandung zat-zat kimia yang dapat membuat lintah tak mau mengisap. Jika memang kulit bersih dari zat-zat tersebut, gosok saja bagian yang akan diisap hingga berwarna kemerahan dan agak hangat agar lintah mau mengisap. Bisa juga menggunakan kompres panas atau membasahi area yang akan diisap. Atau, bila lintah tak juga mau mengisap, cobalah menusukkan jarum tipis hingga beberapa tetes darah keluar sehingga lintah terpancing untuk mulai mengisap.

* Bagaimana jika lintah mengisap di titik yang salah?

Jika lintah tersebut belum mulai mengisap, lepaskan saja lintah tersebut dengan menyelipkan kuku jari di bawah mulut lintah
secara perlahan. Bisa juga menggunakan tabung kaca. Tapi sebelum melakukan itu semua, pastikan lintah memang belum mulai mengisap.

* Bagaimana mengetahui lintah sudah siap untuk dipakai terapi?

Lintah berukuran kecil hingga sedang adalah pilihan yang tepat untuk terapi. Ukurannya sekitar 6-7 cm dalam keadaan rileks. Tapi, bila yang akan diterapi adalah bagian wajah, pilihlah yang ukurannya lebih kecil. Sebelum digunakan untuk terapi, lintah sebaiknya dikarantina terlebih dahulu, dan pisahkan lintah dari lintah lainnya yang terlihat tidak sehat.

* Benarkah lintah dapat digunakan untuk kosmetik?

Betul. Lintah banyak mengandung kolagen yang berkhasiat memelihara kekenyalan wajah. Selain itu, zat di dalam lintah juga biasa digunakan sebagai campuran obat.

FAKTA PENTING

* Pengobatan tradisional Cina juga mengenal terapi lintah namun tidak terlalu signifikan dibanding pengobatan tradisional India.

* Di Eropa terapi lintah sudah dipandang sebagai metode terapi berdasar ilmiah.

* Para ahli kesehatan militer tentara Roma menggunakan lintah untuk merawat luka-luka akibat perang.

* Pada masa Broussais, lintah digunakan secara besar-besaran. Dalam satu kali terapi, jumlah lintah yang digunakan bisa mencapai 100ekor lintah.

* Pada abad pertengahan, desain menyerupai lintah bahkan digunakan sebagai hiasan bahan gaun wanita saat itu.

* Hingga tahun 1828, terhitung sekitar 100 juta ekor lintah digunakan setiap tahunnya di Prancis sehingga harganya meningkat tajam.

* Efek anti koagulan hirudin baru tercatat secara klinis hampir 25 tahun sesudah ditemukannya senyawa tersebut.

Source: Midin-Muhidin